INSIDENS VS PREVALENSI
Semasa kuliah di kesehatan masyarakat atau jurusan kesehatan lainya kerap kita menemukan istilah insiden dan prevalensi ketika mempelajari epidemiologi atau sebuah penyakit. Insiden kerap dikatan dengan kasus baru sebuah penyakit. Sedangkan prevalensi adalah kasus lama dari sebuah penyakit berikut dengan jumlah kasus barunya juga.
Misalkan pada periode agustus hingga desember diketahui prevalensi penyakit adalah 50 dengan rincian temuan kasus perbulan adalah agustus 20, September 5, oktober 5, November 10, dan desember 10. Maka insidennya adalah 30 yakni dihitung dari bulan September, oktober, November, dan desember.
Pada kenyataan di lapangan ternyata menentukan apakah suatu kasus itu termasuk insiden atau prevalens ternyata tidak semudah itu. Hal ini terkait tidak diketahuinya kapan mulai seseorang terserang penyakit dan masuk dalam pencatatan. Namun, diketahui cara mudah untuk menentukan sebuah kasus tersebut insidens atau prevalensi, yang data dilihat dari jenis penyakitnya. Untuk penyakit akut cederung kasus penyakit dikatakan sebagai insiden. Sedangkan penyakit yang berjenis kronis cenderung masuk dalam kasus lama atau prevelensi.
Mudahnya seperti ini. Bila yang terjadi adalah penyakit akut misalnya diare. Ketika penderita datang pertama kali pada hari senin ke Puskesmas maka menurut teorinya diare paling lama dialami selama 14 hari. nah jika pada hari senin ia berobat dan hari rabu ia sembuh. Kemudian ternyata senin berikutnya dia sakit lagi maka pasien ini dimasukkan ke dalam kasus baru lagi penyakit diare.
Sedangkan untuk penyakit kronik cenderung kita masukkan pasien ke kasus lama. Contohnya penyakit TBC. Bila datang pasien berobat pada bulan Juni ke puskesmas maka ia masuk insiden kasus TB pada bulan Juni dan prevalensi pada bulan Juli dan Juni. Ketika pasien ini datang lagi pada bulan Oktober maka ia tetap menjadi kasus lama TBC yang tercatat dari bulan Juni, Juli hingga oktober. Sebab kita ketahui bahwa penyakit TBC adalah penyakit kronis yang penyembuhannya memerlukan waktu yang lama.
Insiden penyakit akut bisa diketahui dengan pasti atau mendekati kepastian sebab terjadinya kesakita dapat diketahui dengan melihat waktu dan keadaan pasien ketika mengeluhkan sakit. Misalya diare tadi maka dapat diketahui bahwa sebelumnya ia meminum air mentah atau memakan makanan yang asam terlalu banyak maka kasus ditegakkan terjadi saat ia merasa sakit akibat makan makanan tersebut. bisa dikatakan penyakit akut dapat diketahui penyebabnya dengan pasti dan kajadiannya dapat diketahui degan jelas.
Sedangkan penentuan insidens untuk penyekit kronik yang sulit diketahui kapan mulai pasien merasakan sakit maka ditegakkan melalui temuam kasus pada saat pencatatanlah. Bila ditemukan pasien TBC hari ini maka hari inilah pasien TBC tersebut menjadi insiden dan cederung akan menjadi prevalensi pada pencatatan berikutnya.
Insiden digunakan untuk menentukan kejadian luar biasa. Karena temuan kasus baru yang dini bisa mendeteksi kemungkinan kejadian uar biasa pada hari-hari berikutnya. Sehingga bila diketahui banyak terdapat kasus baru sebuah penyakit maka puskesmas harus bersiapa mengahdapi dan mencegah terjadinya kejadian luar biasa tersebut.
Sedangkan prevalensi biasa digunakan untuk evaluasi pengobatan. Mengapa? Jika diketahui prevelensi panyakit TBC masih banyak bisa dikatakan pengobatan tidak efektif sebab kasus lama yang diharapkan sembuh masih saja ada.
Pencatatan Insiden dan prevelensi sangat penting untuk mengetahui kejadian sebuah penyakit dalam masyarakat. Pencatatan Insiden sebaiknya dilakukan secara proaktif ke masyarakat tanpa menunggu masyarakat mengeluhkannya atau datang ke puskesmas sehingga dapat segera dilakukan pencegahan.
Misalkan pada periode agustus hingga desember diketahui prevalensi penyakit adalah 50 dengan rincian temuan kasus perbulan adalah agustus 20, September 5, oktober 5, November 10, dan desember 10. Maka insidennya adalah 30 yakni dihitung dari bulan September, oktober, November, dan desember.
Pada kenyataan di lapangan ternyata menentukan apakah suatu kasus itu termasuk insiden atau prevalens ternyata tidak semudah itu. Hal ini terkait tidak diketahuinya kapan mulai seseorang terserang penyakit dan masuk dalam pencatatan. Namun, diketahui cara mudah untuk menentukan sebuah kasus tersebut insidens atau prevalensi, yang data dilihat dari jenis penyakitnya. Untuk penyakit akut cederung kasus penyakit dikatakan sebagai insiden. Sedangkan penyakit yang berjenis kronis cenderung masuk dalam kasus lama atau prevelensi.
Mudahnya seperti ini. Bila yang terjadi adalah penyakit akut misalnya diare. Ketika penderita datang pertama kali pada hari senin ke Puskesmas maka menurut teorinya diare paling lama dialami selama 14 hari. nah jika pada hari senin ia berobat dan hari rabu ia sembuh. Kemudian ternyata senin berikutnya dia sakit lagi maka pasien ini dimasukkan ke dalam kasus baru lagi penyakit diare.
Sedangkan untuk penyakit kronik cenderung kita masukkan pasien ke kasus lama. Contohnya penyakit TBC. Bila datang pasien berobat pada bulan Juni ke puskesmas maka ia masuk insiden kasus TB pada bulan Juni dan prevalensi pada bulan Juli dan Juni. Ketika pasien ini datang lagi pada bulan Oktober maka ia tetap menjadi kasus lama TBC yang tercatat dari bulan Juni, Juli hingga oktober. Sebab kita ketahui bahwa penyakit TBC adalah penyakit kronis yang penyembuhannya memerlukan waktu yang lama.
Insiden penyakit akut bisa diketahui dengan pasti atau mendekati kepastian sebab terjadinya kesakita dapat diketahui dengan melihat waktu dan keadaan pasien ketika mengeluhkan sakit. Misalya diare tadi maka dapat diketahui bahwa sebelumnya ia meminum air mentah atau memakan makanan yang asam terlalu banyak maka kasus ditegakkan terjadi saat ia merasa sakit akibat makan makanan tersebut. bisa dikatakan penyakit akut dapat diketahui penyebabnya dengan pasti dan kajadiannya dapat diketahui degan jelas.
Sedangkan penentuan insidens untuk penyekit kronik yang sulit diketahui kapan mulai pasien merasakan sakit maka ditegakkan melalui temuam kasus pada saat pencatatanlah. Bila ditemukan pasien TBC hari ini maka hari inilah pasien TBC tersebut menjadi insiden dan cederung akan menjadi prevalensi pada pencatatan berikutnya.
Insiden digunakan untuk menentukan kejadian luar biasa. Karena temuan kasus baru yang dini bisa mendeteksi kemungkinan kejadian uar biasa pada hari-hari berikutnya. Sehingga bila diketahui banyak terdapat kasus baru sebuah penyakit maka puskesmas harus bersiapa mengahdapi dan mencegah terjadinya kejadian luar biasa tersebut.
Sedangkan prevalensi biasa digunakan untuk evaluasi pengobatan. Mengapa? Jika diketahui prevelensi panyakit TBC masih banyak bisa dikatakan pengobatan tidak efektif sebab kasus lama yang diharapkan sembuh masih saja ada.
Pencatatan Insiden dan prevelensi sangat penting untuk mengetahui kejadian sebuah penyakit dalam masyarakat. Pencatatan Insiden sebaiknya dilakukan secara proaktif ke masyarakat tanpa menunggu masyarakat mengeluhkannya atau datang ke puskesmas sehingga dapat segera dilakukan pencegahan.
Label: Epidemiologi