Secret of The Secret
The Secret
menjadi buku yang fenomena hingga beberapa tahun. Kehadirannya dalam bahasa
Indonesia di tahun 2007 benar-benar menggemparkan. Konon katanya ada sebuah
“rahasia” yang terpendam berabad-abad silam dan senantiasa dilindungi keberadaannya
untuk digunakan hanya oleh sebagian kecil orang yang menguasai dunia saja. ehm
baca sinopsisnya benar-benar menggoda kita untuk membelinya bukan?
Saya membeli
buku ini di bulan April tahun 2008.
Waktu itu selepas UAN SMA. Tidak ada kerjaan yang bermakna, mengunjungi
seorang guru dan beliau menyarankan saya untuk membeli buku The Secret.
Kebetulan ada uang dan buku ini terpajang hingga setinggi panggul orang dewasa
di sebuah toko buku Banjarmasin. Benar-benar menunjukkan buku Best Seller. Waw,
ketika membacanya saya langsung menjadi pengikut setia buku ini.
Apa yang saya
yakini, apa yang saya selalu pikirkan, apa yang saya beri kepada lingkungan
itulah yang saya dapatkan. Apa yang saya harapkan dengan “sebenar-benar” (sebab
kita sering berharap, tetapi tanpa kita sadari sebenarnya mengkhawatirkan apa
yang kita takutkan misalnya kegagalan, maka tanpa kita sadari kekhawatiran kita
lebih besar dari pada harapan, maka jangan heran jika kekhawatiranlah yang
senantiasa terjadi), apa yang saya inginkan, itulah yang saya dapatkan. Dan itu
terjadi setelah saya membaca buku ini. benar-benar terjadi sebagian besarnya.
Rahasia besar
dalam buku ini adalah dari Gaya Tari Menariknya. Kita adalah magnet dan alam
semesta adalah penyedia segalanya. Maka apa pun yang datang ke kehidupan kita
itu akibat apa yang kita tarik. Alam semesta hanya merespon keiinginan kita
tidak peduli baik dan buruk yang kita minta. Orang yang kaya adalah mereka yang
menarik kekayaan kedalam kehidupannya. Berlakulah seolah-olah Anda telah
mendapatakan apa yang Anda inginkan maka apa yang Anda inginkan akan menjadi
milik Anda. Tiga langkah penggunaan rahasia yang diajarkan buku ini adalah meminta,
percaya, dan menerima.
Meminta apa saja
yang kita inginkan, kemudian percaya itu akan terkabul entah dengan bagaimana
caranya biarkan semuanya dipercayakan kepada Alam semesta, bersikaplah seperti
itu telah kita dapatkan, dan menerimalah dengan rasa syukur sebab sesuatu tidak
akan datang kepada kita jika kita tidak bersyukur dengan apa yang kita miliki
sekarang.
Begitulah garis
besar buku ini. Hingga muncul dalam hati saya, sebuah pertanyaan yang
merongrong untuk ditemukan jawabannya. Jika semua berasal dan saya dapatkan
dari apa yang saya pikirkan dimana letaknya Tuhan?. Dalam buku ini juga dikatakan
memintalah hanya sekali setelah itu yakini bahwa itu akan terjadi, jangan
terus-terus berdoa karena itu meletakkan kita pada frekuensi belum menerima
(red: dikatakan kalau kita selalu berada pada frekuensi belum menerima maka
“belum menerimalah” yang akan kita dapatkan), pertanyaanya? Bukankah kita
diperintahkan untuk sering-sering berdoa kepada Allah sebagai bukti penghambaan
kita. Saya juga kemudian selalu menyalahkan kegagalan kepada “pikiran saya”,
begitu saya “ini pasti salah saya karena berfikir demikian, karena meminta
demikian, makanya saya gagal”. Saya juga lantas kebingungan membagi waktu
antara Sholat dengan melakukan meditasi (red: buku ini mengajarkan meditasi
untuk pengenalan dan ketenangan diri kita), saya lantas lebih menyenangi meditasi
ketimbang sholat yang jelas-jelas diperintahkan oleh agama saya. Saya lantas
lebih merasa tenang meditasi ketimbang sholat. Astagfirullah sebuah dosa yang
saya lakukan.
Berawal dari
pertanyaan yang muncul dari dalam diri dan usaha untuk menemukan jawabannya,
perlahan informasi, ceramah, dan ilmu berdatangan kepada saya, dari siapa saja
mengenai masalah ini. Dengan penuturan dari 4 pertanyaan “dalam diri” saya
tidak bermaksud menyudutkan buku ini dan para penggemarnya, saya hanya ingin
mengajak bahwa lebih dari sekedar “Alam Semesta” ternyata ada “Allah SWT”.
Kepada Allah lah semuanya kita panjatkan. Bukan kepada “Pikiran kita”, “apa
yang kita inginkan”, atau kepada “alam semesta”. Jika kita muslim, mintalah
segalanya hanya kepada Allah. Satu Allah saja. titik. Konsep meminta kepada
Allah ini menyadarkan saya tentang semua pertanyaan saya. Ada kekuatan mutlak
diluar diri ini yakni kekuatan Allah sehingga jika ada sebagian kecil kegagalan
yang menghampiri padahal sudah menggunakan ilmu “the Secret” maka kita tidak
mutlak menyalahkan diri sendiri atau pikiran ini sebab memang ada diluar diri
kita yang mengatur segalanya. Belum tentu kegagalan itu akhir kita, ada jalan
Allah yang kita belum ketahui. Hal ini juga menyadarkan kita bahwa bukanlah hal
yang baik melanggar perintah Allah misalnya tidak berdoa dan melakukan sholat.
Bukankah itu perintah yang utama dalam islam?
Meski demikian
tidaklah lantas The Secret salah, hanya ada konsep yang harus kita luruskan
sebagai umat islam dalam memahami rahasia ini. Konsep hukum tarik menarik kan
memang sudah diajarkan kepada kita yakni kita harus senantiasa berprasangka
baik kepada Allah. Allah bersikap sesuai prasangkaan kita kepada Allah.
Bukankah ini tarik menarik?. Di dalam The Secret juga diajarkan penerimaan
bahwa untuk menerima yang kita inginkan kita harus menerima dan berbahagia
dengan keadaan sekarang, bukankah ini konsep syukur dalam islam? Bersyukurlah
maka nikmatmu akan Allah tambah. Kemudian, konsep meditasi, bukankah Allah
telah menyediakan 5 kali dalam sehari waktu untuk kita “meditasi” mengingat
Allah, bertemu Allah, meminta kepada Allah dalam sehari semalam plus
waktu-waktu sholat sunat rawatib dan yang dianjurkan.
Akhir, ketika
orang tidak bertuhan atau tidak percaya tuhan menerapkan hal semacam ini berhasil
dan sukses. Bagaimana dengan kita yang jelas-jelas memiliki Allah sebagai
tempat bersandar dan meminta, kepada Allah yang memiliki kerajaan Langit dan
Bumi? Bukan hanya dunia yang akan kita miliki tapi insyaallah keselamatan di
akhirat juga.
Notes: Other time, if you find a book! Read, THINK, and then application! Don’t just
read and application.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda