contoh SAP
Satuan Acara Penyuluhan Kesehatan
Penyakit Kusta (lepra)
Oleh :
Madelina Ariani
I1A108006
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Kalimantan Selatan
2009
Pokok bahasan
Adapun pokok bahasan dalam satuan acara penyuluhan kesehatan kali ini adalah tentang Penyakit Kusta.
Sasaran dan Target
Adapun sasaran dari penyuluhan ini adalah Masyarakat Desa Anjir Pasar Kecamatan Anjir Pasar Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan.
Waktu Pelaksanaan
Adapun penyuluhan ini berlangsung selama 1,5 jam pada,
Hari : Minggu, 7 Juni 2009
Waktu : 09:00 – 10:30 WITA
Tempat
Adapun penyuluhan ini bertempat di halaman Puskesmas Desa Anjir Pasar.
Penyuluh
Adapun penyuluh pada kegiatan ini adalah Madelina Ariani, SKM, M.Kes (kepala Puskesmas Desa Anjir Pasar) dan Staf Puskesmas Desa Anjir Pasar.
Rumusan Tujuan
Tujuan instruksional umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, masyarakat diharapkan dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit kusta meliputi pengertian, gejala, cara penularannya, pegobatannya, dan pencegahannya.
Tujuan instruksional khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini masyarakat diharapkan mampu :
Mendifinisika penyakit kusta
Menyebutkan gejala-gejala kusta
Menjelaskan cara penularan penyakit kusta
Menjelaskan cara pengobatan penyakit kusta
Menjelaskan cara-cara pencegahan penyakit kusta
Metode Penyuluhan
Adapun metode yang digunakan pada penyuluhan ini adalah ceramah dan tanya jawab.
Garis Besar Materi
Pengertian penyakit kusta
Gejala atau tanda-tanda penyakit kusta
Cara penularan penyakit kusta
Pengobatan penyakit kusta
Pencegahan dari penyakit kusta
Alat bantu penyuluhan
Poster
Pamplet
Cerita bergambar
Setting Tempat
Penyuluh dan masyarakat saling berhadapan.
Pengorganisasian
Pendahuluan
Penyampaian materi
penutup
Kriteria Evaluasi
Menanyakan pada masyarakat penyuluhan tentang :
Pengertian penyakit kusta
Gejala atau tanda-tanda penyakit kusta
Cara penularan penyakit kusta
Pengobatan penyakit kusta
Pencegahan dari penyakit kusta
Proses Pelaksanaan
No. | Kegiatan | Respon Masyarakat | Waktu |
1 | Pendahuluan
|
Membalas salam Memperhatikan Memperhatikan Memperhatikan |
15 menit |
2 | Penyampaian materi a. Materi
b. Kesempatan bertanya oleh masyarakat pada penyuluh c. Menjawab pertanyaan masyarakat
|
Memperhatikan dan mencermati penjelasan penyuluh
Menanggapi dan bertanya Memperhatikan dan menaggapi |
60 menit
|
3 | Penutup
|
Menjawab pertanyaan
Memperhatikan Membalas salam |
15 menit |
Materi Penyuluhan
A. Pengertian
Kusta atau lepra disebut juga penyakit Morbus Hansen. Merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabakan oleh bakteri atau kuman Mycrobacterium leprae. Penyakit Kusta menyerang kulit dan syaraf tepi seseorang yang menyebabkan syaraf tepi orang tersebut mati rasa, gangguan pada kulit, kelumpuhan pada tungkai dan kaki, menyerang sistem pernapasan atas, kerusakan mata, dan membran selaput lendir.
Bakteri Mycrobakterium leprae adalah jenis kuman anaerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang, dan tahan asam. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit, muccus membran, dan saluran nafas.
Mycrobakterium leprae
Terdapat tiga macam jenis kusta yakni :
Kusta tuberkuloid atau Tuberculoid Leprosy (TT)
Merupakan jenis kusta yang tidak menular karena kelainan kulitnya mengandung sedikit kuman, membentuk radang granuloma tuberkel tanpa nekrosis perkejuan yang menyebabkan kulit berwarna pucat dan mati rasa.Bentuk kusta tuberkoloid mempunyai kelainan pada jaringan syaraf sehingga mengakibatkan cacat pada tubuh.
Gambar jari-jari tangan yang terkena kusta tuberkoloid
Lesi yang menyerupai panu pada kusta tuberkoloid
Kusta lepromatosa atauLepromatous Leprosy (LL)
Jenis kusta satu ini adalah jenis kusta yang menular sebab dalam kulit yang terjejas mengandung banyak kuman. Kusta lepromatosa memiliki ciri kelainan kulit yang menyebar secara simetris di seluruh tubuh, berhubungan dengan lesi, nodul atau plak, dermis kulit yang menipis, dan perkembangan pada mukosa hidung yang menyebabkan penyumbatan hidung atau kongesti nasal dan epistaksis (hidung berdarah) namun pendeteksian terhadap kerusakan saraf sering kali terlambat.
Nodul atau plak yang terjadi pada siku penderita kusta lepromatosa
Penebalan kulit di belakang daun telinga penderita kusta lepromatosis
Perforasi septum dan kartilago nasi (rusaknya sekat dan tulang pada hidung) penderita kusta lepromatosis
Kusta multibasiler
Kusta multibasiler merupakan penyakit kusta dengan tingkat keparahan yang sedang dan tipe kusta yang sering ditemukan. Kusata ini bercirikan dengan adanya lesi (bercak atau luka) kulit yang menyerupai kusta tuberkuloid tapi jumlahnya lebih banyak dan tak beraturan. Bagian lesi yang besar dapat mengganggu seluruh tungkai, dan gangguan saraf tepi dengan kelemahan dan kehilangan rasa rangsang. Tipe ini tidak stabil dan dapat menjadi seperti kusta lepromatosa ataupun menjadi kusta tuberkuloid.
B. Gejala- gejala penyakit kusta
Timbulnya gejala penyakit yang dirasakan penderita dikarenakan telah terjadinya perkembangbiakan bakteri kusta terhadap sistem imun tubuh penderita sehingga merangsang tubuh untuk melakukan perlawanan.
Ada tiga jenis kusta maka tanda-tanda atau gejala yang ditimbulkannya pun berbeda-beda yakni sebagai berikut :
Kusta tuberkoloid : - Hipopigmentasi kulit
- Beberapa bagian tubuh mengalami anestesi atau mati rasa
- Bercak-bercak seperti panu pada permukaan kulit secara simetris dan menyebar serta kering
- Resistensi yang tinggi
Kusta lepromatosis : - Terdapat plak dan nodul pada tubuh
- Dermis (permukaan kulit) mengering
- Hidung berdarah (epistaksis)
- Terjadi kerusakan pada sekat dan tulang hidung
Kusta multibasiler : - Pada permukaan kulit terdapat bercak-bercak seperti panu (lesi) yang sangat banyak dan tidak beraturan
-Kehilangan rasa rangsang
Adapun tanda-tanda atau gejala kusta secara umum adalah sebagai berikut :
Adanya bercak tipis seperti panu (lesi) pada tubuh
Pada awalnya bercak putih ini hanya sedikit tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak.
Bercak putih ini tidak menimbulkan gatal dan rasa sakit.
Kepekaan pun berkurang pada daerah yang terdapat bercaj putih ini.
Lemah dan mengalami kelainan bentuk pada tangan dan kaki.
Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus seryta peroneus.
Kelenjar keringat kurang bekerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.
Adanya bintil-bintil kemerahan (nodul) yarig tersebar pada kulit
Alis rambut rontok
Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa), selain itu terjadi juga kerusakan pada sekat dan tulang hidung.
Tubuh panas atau suhu tubuh menurun sampai derajat yang rendah hingga menggigil.
Anoreksia.
Nausea, kadang-kadang disertai vomitus.
Cephalgia.
Kadang-kadang disertai iritasi, Orchitis, dan Pleuritis.
Kadang-kadang disertai dengan Nephrosia, Nepritis, dan hepatospleenomegali.
Neuritis.
C. Cara penularan penyakit kusta
Masih belum bisa dipastikan cara dan bagaimana cara penyakit kusta dapat diderita oleh seseorang. Namun, dari beberapa penelitian dan dugaan penyakit kusta menyebar bisa melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita kusta menular seperti kusta lepromatosis dan kusta multibasiler.
Kusta dapat menyeber melalui udara sebab menurut penelitian yang dilakukan Pedley bahwa sebagian pasien lepromatosa memperlihatkan adanya bakteri atau basil di sekret hidung mereka. Sedangkan dalam penelitian Davey dan Rees mengindikasi bahwa sekret hidung dari pasien lepromatosa dapat memproduksi 10.000.000 organisme per hari. Sekret hidung yang keluar dari hidung penderita kusta ini mengandung basil kusta. Basil kusta ini masih dapat hidup selama 2 – 7 x 24 jam setelah dikeluarkan dari hidung penderita dan mengering oleh udara luar.
Kusta yang menular dengan kontak langsung pada penderita dikarenakan adanya penjalaran bakteri Mycrobacterium Leprae dari kulit penderita pada orang sehat ketika kulit mereka bersentuhan secara langsung. Telah dibuktikan bahwa kasus lepromatosa menunjukkan adanya sejumlah organisme di dermis kulit. Diduga pula bakteri ini dapat berpindah ke kulit oarang yang sehat melalui kontak dengan keringat si penderita.
Perlu diketahiu selain penularan kusta dengan cara di atas bahwa sistem imun tubuh manusia juga turut mempengaruhi apakah seseorang akan terinfeksi penyakit kusta atau tidak setelah ia kontak atau berada di lingkungan orang dengan penyakit kusta. Sebab menurut penelitian, dalam sebuah keluarga bisa saja antar anggota keluarga menderita penyakit kusta yang berbeda jinisnya, bahkan ada anggota keluarga yang tidak mengidap sama sekali padahal anggota kelurga lainnya menderita penyakit kusta. Menurut Ress (1975) dapat ditarik kesimpulan bahwa penularan dan
perkembangan penyakit kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah atau
keganasan Mycrobacterium Leprae dan daya tahan tubuh penderita. Disamping itu
faktor-faktor yang berperan dalam penularan ini adalah :
Usia : Anak-anak lebih peka dari pada orang dewasa
Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak dijangkiti
Ras : Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkiti
Kesadaran sosial :Umumnya negara-negara endemis kusta adalah negara
dengan tingkat sosial ekonomi rendah
Lingkungan : Fisik, biologi, sosial, yang kurang sehat
Untuk masa inkubasi kusta sendiri dilaporkan bisa selama 30 tahun. Hal ini dilaporkan berdasarkan pengamatan terhadap tentara veteran yang dulunya pernah terekspos di daerah endemik kusta tapi kemudian berpindah ke daerah yang non endemik. Meski demikian, penyakit kusta secara umum memiliki masa inkubasi rata-rata antara 3 – 5 tahun.
D. Pengobatan
Obat-obat yang dapat digunakan untuk penyakit kusta:
Rifampicin :Dapat membunuh bakteri kusta dengan menghambat perkembangbiakan bakteri. Dosis 600mg.
Diaminodiphenylsulfone :Mencegah resistansi bakteri terhadap obat
(Dapsone) (dikombinasikan dengan obat lain)
Clofazimine (CLF) :Menghambat pertumbuhan dan menekan efek bakteri yang perlahan pada Mycobacterium Leprae dengan berikatan pada DNA bakteri
Ofloxacin :Synthetic Fluoroquinolone, beraksi menyerupai
penghambat bacterial DNA gyrase
Minocycline :Semisynthetic Tetracycline, menghambat sintesisprotein pada bakteri
Berbagi macam terapi pengobatan penyakit kusta antara lain :
Pada awalnya hanya digunakan satu obat dapson untuk pengobatan penyakit kusta, pengobatan ini disebut juga pengobatan monoterapi tapi kemudian hal ini menyebabkan bakteri kusta menjadi kebal sehingga pemakaian dihentikan.
Untuk pengobatan penyakit kusta dapat juga digunakan metode kombinasi antara obat dopson, rifamfisin, dan klofazimin. Pengobatan dengan multi obat ini cukup berhasil hanya saja diperlukan ketekunan dan kedisiplinan dari penderita untuk terus-menerus meminumnya. Pengobatan multiobat ini disebut juga MULTI DRUGS TREATMENT (MDT). Cara pengobatan penyakit kusta adalah dengan pengobatan rutin setiap harinya :
Untuk tipe kusta tuberkoloid membutuhkan pengobatan 6 bulan dengan terapi dopson dan rifamfisin.
Untuk tipe kusta multibasiler dan lepromatosis membutuhkan pengobatan selama 24 bulan dengan terapi dopson, rifamfisin, dan klofazimin.
Disarankan juga penderita kusta untuk mengkonsumsi Lamprin, Prednison, Sulfat Feros dan Retinol (Vitamin A) bagi menyehatkan kusta dengan kulit yang bersisik.
Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya, lebih besar kemungkinan menimbulkan penularan dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadi faktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah. Kebanyakan penderita kusta mengalami kecacatan disebabkan keterlambatan orang tersebut untuk meminum obat atau meminum obat itu dengan tidak sempurna atau pengobatannya tidak tuntas, jika penderita meminum obat dengan cepat maka kecacatan akibat saraf tepi yang mati tadi dapat di cegah atau dihindari.
Saat ini obat kusta sudah gratis dan bisa didapatkan di puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah. Obat ini merupakan bantuan dari organisasi kesehatan dunia.
Gambar obat penyakit kusta.
Dapson dan Klofazimin
E. Pencegahan
Mencegah kontak dengan kulit penderita
Melakukan vaksinasi
Meningkatkan sistem imun dengan melakukan hidup sehat
Meningkatkan kebersihan pribadi
Diagnosis dan pengobatan yang segera
Biarkan sinar matahari masuk ke dalam rumah sebab bakteri kusta akan mati pada suhu yang panas, serta hindari ruangan yang lembab.
Tidak memakai air kotor untuk mandi
Tidak memakai pakaian–pakaian bekas yang tidak jelas asalnnya (baju-baju bekas di pasar bekas seperti Pasar Tungging di Banjarmasin)
Menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan
Label: kesehatan masyarakat
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda